NPLOMBOK.id-Untuk meningkatkan keperdulian akan bahaya kerawanan pangan dan ancaman kelaparan, Pemerintah Indonesia secara aktif ikut menyelenggarakan peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) yang ditetapkan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) setiap tanggal 16 Oktober. HPS yang memiliki sejarah panjang ini, diinisiasi oleh beberapa negara yang tergabung dalam Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) pada konferensi umum ke-20 di bulan November 1979.

Ide untuk merayakan Hari Pangan di seluruh dunia itu datang dari Delegasi Hongaria, Menteri Pertanian dan Pangan, Pal Romany guna menyoroti persoalan kemiskinan dan kelaparan.  Khusus di Indonesia cara memperingati hari pangan sedunia tentu berbeda-beda di setiap daerah, tergantung keadaan dari daerah itu sendiri pada saat atau tahun peringatan digelar.

Sebut saja di NTB, Peringatan Hari Pangan Sedunia ke-39 tahun 2019 yang dipusatkan di Kabupaten Lombok Timur, berdasarkan sambutan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB, H. Amin Nurrahman, diisi dengan beberapa agenda kegiatan, diantaranya Festival Pangan Lokal dengan menggelar lomba cipta menu makanan beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA) pameran jenis-jenis pangan, bazar komoditas pokok dan pengabdian masyarakat dengan menyelenggarakan pelayanan KB dan vaksinasi hewan ternak.

Kegiatan yang berlangsung selama 3 hari tersebut, melibatkan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB dan seluruh Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota se-Nusa Tenggara Barat yang dibuka oleh Penjabat Sekretaris Daerah (sekda) Provinsi NTB, H. Iswandi, mewakili Gubernur NTB.  Pembukaan dilakukan pada Rabu (11/12) di Lapangan Tugu Selong Lombok Timur.

Acara pembukaan HPS 2019 dirangkaikan dengan penyerahan secara simbolis bantuan bibit tanaman bagi sejumlah kelompok masyarakat dan penyerahan penghargaan bagi pemenang lomba cipta menu antar kabupaten/kota yang telah dimenangkan Kota Mataram.

Dalam sambutannya, H. Iswandi menyampaikan, ada dua makna peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) tahun ini bagi masyarakat Nusa Tenggara Barat.  Pertama, HPS tahun 2019 diperingati sebagai wujud komitmen NTB dalam menyediakan pangan bagi manusia. Yang Kedua, momentum HPS 2019 dijadikan sebagai ajang untuk menunjukkan kreatifitas masyarakat dari seluruh daerah di NTB yang mampu memproduksi aneka pangan yang bisa dipasarkan di sejumlah destinasi wisata.

Peringatan HPS sebagai wujud komitmen NTB dalam menyediakan pangan bagi manusia sebagai tindak lanjut dari komitmen negara sebagai anggota PBB yang mendorong tersedianya pangan bagi kehidupan manusia. Karena tidak mungkin seseorang bisa hidup tanpa tercukupi kebutuhan pangannya. Karena itulah, setiap orang didorong untuk dapat menyediakan pangan mulai dari lingkungan terkecil dalam rumah tangga.

NTB juga merupakan daerah prioritas kunjungan wisata nasional. Karena itulah, selain menyiapkan destinasi yang indah, perlu juga disiapkan aneka pangan yang menarik, yang aman dan berkelas dunia, mengutip sambutan Iswandi di hadapan peserta pembukaan peringatan Hari Pangan Sedunia ke-39 Tingkat Provinsi NTB di Selong.

Dari laporan dan sambutan dua pejabat daerah tersebut, tentu saja ada harapan bahwa ketersediaan pangan di NTB masih tercukupi, apalagi ditopang pertumbuhan ekonomi NTB saat ini yang dikabarkan meningkat hingga 6,26 persen berdasarkan keterangan Kepala Badan Pusat Statistik NTB, Suntono.

Hanya saja jika dikaitkan dengan pernyataan Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) NTB, dr. Nurhandini Eka Dewi, Sp.A, MPH, yang mengatakan terdapat tujuh kabupaten/kota yang masuk zona merah kasus stunting di NTB, tentu penting menjadi perhatian pemerintah untuk menyelaraskan antara peningkatan ekonomi NTB, ketersediaan pangan dan kondisi kesehatan masyarakat.  

Mengapa stunting? Karena munculnya stunting diantaranya disebabkan oleh asupan makanan yang tidak memadai, artinya masih banyak masyarakat NTB yang kekurangan gizi, terutama anak dengan usia dibawah lima tahun dan juga menjadi bagian dari program prioritas di NTB.

Sehingga masyarakat NTB umumnya membutuhkan informasi dan edukasi terkait cara mengolah dan mendapatkan makanan, walaupun melalui lahan yang sempit/ terbatas tapi bisa dikelola untuk memenuhi kebutuhan asupan makanan bahkan bisa menjadi solusi penghematan pengeluaran mereka, hal ini sekiranya bisa dijadikan makna di hari pangan sedunia.

Namun yang terpenting pada momen HPS tahun ini, kebutuhan pangan untuk masyarakat mesti dinomorsatukan.  Jangan sampai kreatifitas produksi aneka pangan untuk keperluan wisatawan membuat kita lupa pada masyarakat yang terkesan belum mampu memenuhi kebutuhan dasarnya secara wajar. (MZ – 04)