Mataram, NPLOMBOK.id-Tak hanya menggagas solusi penanganan sampah, kemacetan, pendidikan, dan juga kreativitas pemuda,  Kali ini H. Rohman Farly, MM (HRF), kembali menggagas pemanfaatan trotoar sebagai jalur pedestrian atau pejalan kali di Kota Mataram.

HRF menilai potensi ini belum bisa maksimal lantaran penataannya belum serius. HRF melihat belum tertatanya pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di badan trotoar adalah salah satu bentuk belum seriusnya Pemkot mengatasi jalur pedestrian ini.  “Mataram sebagai pusat NTB terlihat berkurang keindahannya. Selain itu, hak para pedestrian pun terganggu,” ujar HRF beberapa waktu lalu.

Menurutnya jika banyak jalur pedestrian dibuat dan digunakan, sudah pasti akan mengurangi tingkat penggunaan kendaraan bermotor dan mereduksi potensi kemacetan lalulintas di kota ini.

Melihat kondisi tersebut, Bakal Calon Wali Kota Mataram, H Rohman Farly (HRF) menawarkan gagasannya untuk mengangkat program penataan trotoar ke depan.

Selain soal jalur pedestrian, HRF juga melihat potensi dibalik cidomo yang penting untuk mendapatkan program revitalisasi angkutan tradisional Cidomo yang ada di Kota Mataram. Mulai dari pendataan dan peremajaan Cidomo hingga pengaturan jalur-jalur lintasannya.

Menurut HRF, jika dikelola dengan baik, keberadaan Cidomo di Kota Mataram ini bisa menjadi ikon menarik dan khas bagi sektor pariwisata Kota Mataram. “Saat ini kan Cidomo dianggap sebagai kesan kumuh perkotaan dan penyebab macet lalulintas di jalur tertentu. Tapi kalau ini bisa dikelola, sebenarnya Cidomo ini justru menjadi kekuatan kota ini di sektor pariwisata,” tegas Rohman Farly.

Apalagi tidak semua kota wisata di Indonesia mempunyai transportasi tradisional yang menggunakan tenaga kuda seperti Cidomo, atau delman di Yogyakarta. Kota Bandung justru membuat Cidomo dengan “kuda buatan” berupa sepeda motor yang dikreasikan dengan kepala kuda buatan.

“Di Bandung kereta Cidomonya malah ditarik dengan sepeda motor yang dimodifikasi dan dibuat membentuk kepala kuda. Nah, Mataram punya Cidomo dengan kuda asli, ini kan potensi kita,” imbuh HRF.

Ke depan Cidomo akan dipercantik dan kelengkapan semakin baik, sehingga kotoran kuda tidak berceceran di jalan raya. Jalur-jalur lintasan khusus juga akan dikembangkan, untuk wisata keliling Kota Mataram. “Kita bisa berdayakan Cidomo, para kusir kita bekali dengan kepariwisataan, kemudian jalur kita siapkan. Misalnya di jalan Lingkar Selatan atau jalan-jalan lain yang memungkinkan untuk berwisata Kota,” pungkasnya. 

Khusus soal jalur pedestrian, HRF merujuk sebuah riset dari Stanford University yang dimuat di The New York Times pada 2017, HRF memaparkan, kondisi penataan trotoar di Indonesia yang buruk membuat orang Indonesia malas berjalan kaki.

Dari 111 negara yang diteliti, orang Indonesia rata-rata hanya berjalan sebanyak 3.513 langkah kaki per hari. “Jumlah tersebut jauh jika dibandingkan dengan Hong Kong yang penduduknya rata-rata berjalan 6.880 langkah per hari atau Cina dengan rata-rata 6.189 langkah per hari,” ungkapnya.

Lebih lanjut HRF menilai, kebiasaan sebagian masyarakat kota di Mataram enggan berjalan kaki pada umumnya bukan karena malas, apalagi manja, tapi karena fasilitas dikota belum maksimal memancing minat berjalan kaki

 “Kami lihat kondisi penataan trotoar yang tidak tepat juga membuat masyarakat menjadi malas berjalan kaki. Padahal jalan kaki sangat berguna bagi kesehatan dan mengurangi intensitas berkendara yang memicu kemacetan. Jadi perlu kita tata kembali dan maksimalkan fungsi jalur pedestrian di Kota Mataram ini,” kata HRF, Senin ( 16/12/2019) 

Menurut HRF, penataan trotoar dan jalur-jalur pedestrian yang baik juga akan menambah keindahan Kota Mataram yang saat ini menjadi destinasi wisata MICE. Bukan hanya sentuhan keindahan ornamen saja, tetapi juga kelengkapan penerangan di sepanjang jalur pedestrian.

Para wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung ke kota ini, bisa lebih merasakan kehangatan warga Kota Mataram, jika berjalan kaki dari hotel tempat mereka menginap ke pusat perbelanjaan atau pusat oleh-oleh di kota ini. 

“Tapi kalau tidak tertata rapi, dan kalau malam terkesan gelap, maka tamu pun akan enggan jalan kaki, walau tujuan mereka dekat dari hotel atau penginapannya,” lirik HRF. (MZ-04)