NPLOMBOK.id-Desa Pringgasela, salah satu desa di Kabupaten Lombok Timur yang sudah tidak asing lagi bagi penggiat pariwisata di Lombok maupun Bali. Desa wisata yang satu ini dikenal dengan kerajinan tradisional berupa kain tenunnya yang memiliki ke-khas-an tersendiri dan berkembang secara turun-temurun sejak zaman kerajaan Selaparang. Kekhasan motif dan bahan bakunya, menjadi daya tarik tersendiri, sehingga hasil tenunannya banyak diminati oleh masyarakat termasuk wisatawan mancanegara.
Menjadi salah satu jalur berwisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan khususnya mancanegara yang banyak menginap di Tete Batu, Pringgasela merupakan destinasi segitiga emas yang biasanya menjadi paket andalan para pelaku wisata Lombok Timur, bersama Tetebatu sebagai penyedia akomodasi penginapan, Loyok dengan kerajinan bambu dan Pringgasela sendiri.
Salah seorang pelaku wisata dan pemilik galeri sekaligus tokoh masyarakat yang sejak awal mengenalkan kerajinan tradisonal tenun Pringgasela, Erwin, mengakui hal itu. Kepada NP Lombok, Rabu (13/11), Erwin tidak menampik adanya pengaruh Tetebatu sebagai penyedia akomodasi berupa hotel dan homestay. “Banyak turis yang datang ke sini karena pengaruh dari keberadaan hotel dan homestay yang ada di Tete Batu,” jelasnya saat dikunjungi di showroom kain tenunnya. Menurutnya, rute perjalanan para turis dimulai dari Tete Batu, Lendang Nangka, Pringgasela, Loyok dan kembali lagi ke Tete Batu.

Erwin sendiri mengembangkan tenun melalui pendekatan budaya sebagai kekhasan daerah Pringgasela dengan membangun basis komunitas pengrajin. Jika dilihat dari koleksi kain tenun yang dipajang Erwin di showroom miliknya, tentu banyak pengerajin yang bekerja dibelakangnya sebagai pemasok utuk dijual. Komunitas tersebut bukan hanya fokus kepada produksi kain tenun saja, akan tetapi juga melakukan pemberdayaan masyarakat pada bidang kebudayaan dan kesehatan.
“Untuk pemasaran kami sudah membuat showroom di Bali dan Melbourne, Australia,” jelas Erwin menerangkan tentang bagaimana kiat pemasaran kain tenun yang dilakukan, termasuk aktif bekerjasama dengan beberapa Travel Agent yang men-support-nya selama ini.
Lebih jauh Erwin menjelaskan keyakinannya, bahwa kain tenun tradisional ini akan tetap bertahan hingga waktu lama karena generasi muda saat ini secara tidak langsung memperoleh edukasi secara alami melalui keterlibatan mereka saat berinteraksi dengan keluarga mereka yang kebanyakan berprofesi sebagai penenun.(Kl-05)