Lombok Timur, NPLOMBOK.id– Porang di Indonesia sudah tak asing. Tanaman umbi-umbian ini mulai viral dan banyak dibicarakan masyarakat, lantaran kisah sukses Paidi, Petani Porang dari Desa Kepel, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Jawa Timur yang berhasil menjadi miliarder dari usaha menanam Porang. Populer sampai menjadi Nara Sumber Inspirasi di Acara Kick Andy dan Hitam Putih.
Kesuksesan Paidi, ternyata berdampak pula kepada para petani didesanya yang awalnya hanya berharap penghasilan dari panen durian, kakao dan cengkeh, kini mulai mengikuti jejak Paidi mengembangkan budidaya Porang.
Khususnya di Lombok, nama tanaman Porang bisa dikatakan belum familier didengar, tapi tanaman ini bisa ditemukan di hutan Desa Sekotong Barat, Lombok Barat, dimana masyarakat setempat menyebutnya dengan Konjak Mannan seperti yang diberitakan travelingyuk.com.
Berdasarkan jejak digital terkait Porang, di wilayah Desa Pelangan Tengah, Kecamatan Sekotong, juga terdapat sekitar 40 hektar lahan yang sudah ditanami Porang oleh warga setempat secara swadaya.
“Di Dusun Serero ada sekitar 40 hektar lahan yang sudah ditanami porang oleh warga, baik di kawasan Kelompok Tani Hutan (KTH) dan juga lahan pribadi,” terang Kepala Resort, Nyoman Jirna, Senin (22/07/2019) sebagaimana artikel berita di Kimsekotongnews.com.
Apa sebenarnya tanaman porang ini?
Melansir ulasan Tirto.id, Porang adalah tanaman umbi-umbian dari spesies Amorphophallus muelleri. Manfaat porang ini banyak digunakan untuk bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, selain itu juga untuk pembuatan lem dan “jelly” yang beberapa tahun terakhir kerap diekspor ke negeri Jepang.
Umbi porang banyak mengandung glucomannan berbentuk tepung. Glucomannan merupakan serat alami yang larut dalam air biasa digunakan sebagai aditif makanan sebagai emulsifier dan pengental, bahkan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan lem ramah lingkungan dan pembuatan komponen pesawat terbang, demikian dilansir laman resmi Kementerian Pertanian.
Porang adalah tanaman yang toleran dengan naungan hingga 60%. Porang dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja di ketinggian 0 sampai 700 mdpl. Bahkan, sifat tanaman tersebut dapat memungkinkan dibudidayakan di lahan hutan di bawah naungan tegakan tanaman lain. Untuk bibitnya biasa digunakan dari potongan umbi batang maupun umbinya yang telah memiliki titik tumbuh atau umbi katak (bubil) yang ditanam secara langsung.
Tanaman porang memiliki nilai strategis untuk dikembangkan, karena punya peluang yang cukup besar untuk diekspor. Catatan Badan Karantina Pertanian menyebutkan, ekspor porang pada tahun 2018 tercatat sebanyak 254 ton, dengan nilai ekspor yang mencapai Rp 11,31 miliar ke negara Jepang, Tiongkok, Vietnam, Australia dan lain sebagainya.
Sementara itu untuk di Lombok Timur, belum ada informasi tentang penanaman Porang ini, namun baru-baru ini NPLOMBOK.id menemukan Pemuda yang terinspirasi kesuksesan Paidi membudidayakan Porang. Pemuda ini adalah Mashan (40) dan Boby Srinate (36) mulai mempraktikkan ilmu yang didapatkan waktu berkunjung ke Desa Kepel, Madiun, untuk belajar Porang. Dilahan seluas 1 Hektar lebih, mereka mulai menanam Porang sejak November 2019 yang lalu.
“Kami menanam di dua Lokasi, pertama dilahan 50 are dan sekarang disini, luas lahannya sekitar 80 Are,” tutur Mashan, Sabtu, (7/12) di Lokasi Penanaman Porang, Dusun Kuang Wae, Desa Menceh Kecamatan Sakra Timur, Lombok Timur, NTB.
Ia berharap, penanaman Porang yang sedang dirintisnya sekarang ini mendapat respon dan perhatian dari pemerintah Lombok Timur, agar bisa berkembang dan menambah penghasilan petani sebagai tanaman alternatif yang menjajikan selain tembakau. Bahkan Mashan dan Boby mengaku siap mendatangkan Paidi dan Timnya untuk memberikan bimbingan ke siapapun yang berminat.
“Kami berharap, jika Paidi dan timnya datang, pemerintah bisa membantu memfasilitasi,” harap Mashan. (MZ-04)