NPLOMBOK.id-Barangkali tiada jenis minuman di dunia ini yang bisa mengalahkan kepopuleran kopi. Konon kopi mulai dikenal pada abad ke 9 di dataran-dataran tinggi Ethiopia.  Saat bangsa Arab mulai meluaskan perdagangannya, biji kopi pun meluas sampai ke Afrika Utara dan mulai ditanam secara massal. Dari Afrika Utara itulah biji kopi mulai meluas dari Asia sampai Eropa dan ketenarannya sebagai minuman mulai menyebar.

Di Indonesia, kopi mulai dikenal saat Zwaardecroon, membawa beberapa benih tanaman dari Mekkah ke Bogor.  Dan, menjadi tanaman komoditas terpenting di Hindia Belanda.  Sejak saat itulah kemudian kopi akhirnya tersebar secara luas di Indonesia.  Salah satunya, Sembalun.

Sebagai salah satu dataran yang memiliki ketinggian di atas 1000 mdpl, Sembalun mampu menghasilkan biji kopi dari varietas arabika dengan kualitas terbaik.  Sebagai referensi, kopi arabika merupakan jenis kopi yang paling disukai karena rasanya dinilai paling baik.  Jenis kopi ini disarankan untuk ditanam di ketinggian 1000-2100 meter dpl. Namun masih bisa tumbuh baik pada ketinggian diatas 800 meter dpl. Bila ditanam di dataran yang lebih rendah, jenis kopi ini sangat rentan terhadap penyakit.

Sadar akan keunggulan kopinya terutama dari segi rasa, masyarakat Sembalun mulai memproduksinya dalam bentuk olahan.  Malahan dalam beberapa tahun terakhir, kedai-kedai kopi mulai banyak ditemukan dengan berbagai jenis teknik penyajian.  Teknik-teknik penyajian ini kemudian mampu menghadirkan cita rasa kopi yang berbeda dengan kopi di tempat lain.

Yang unik dari kedai-kedai kopi di Sembalun adalah lokasinya yang terbuka, memanjakan pandangan.  Sepoi-sepoi dinginya angin pegunungan disertai hangatnya seruputan secangkir kopi dengan aroma madu, ditambah pandangan ke arah kegagahan Gunung Rinjani beserta lembah-lembahnya inilah yang dikatakan Rangkun, salah seorang penikmat kopi, kepada NP Lombok sebagai, “menikimati Sembalun dalam secangkir kopi.”

“Selalu menyenangkan berada di sini (Sembalun-red), saya seperti berada di alam lain yang berbeda dengan tempat saya,” katanya disela-sela kesibukannya memperhatikan pemilik kedai menyiapkan cangkir kedua pesanannya.

Partisipasi PLN

Barangkali alasan-alasan itulah yang kemudian membawa pihak PLN NTB merasa berkepentingan dalam ikut serta mengembangkan komoditas unggulan ini dengan menyerahkan bantuan 5000 pohon kopi jenis Arabica kepada petani kebun di Sembalun.

Bantuan yang diserahkan itu, oleh masyarakat Sembalun disambut antusias dengan menggelar Gawe Nalet Kahwe Minggu (30/09/) di kawasan bukit sembalun. Acara ini merupakan rangkaian acara pemberian gelar kepada Kapolda NTB. Gawe Nalet Kahwe yang artinya menanam kopi menurut Lalu Maruhun Paer Doe, menyadarkan kembali semua pihak potensi pengembangan kopi di Sembalun yang dapat menjadi ikon produk unggulan daerah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Ditempat yang sama, Ketua Panitia Gawe Nalet Kahwe, Iben mengungkapkan, kebutuhan kopi dunia cukup besar mencapai 300 ribu ton per hari. Sementara ketersediaan komoditas kopi ini sangat terbatas.  Peluang pasar ini harus dibaca sebagai sebuah kesempatan bagi masyarakat Sembalun untuk membudidayakan tanaman kopi, terlebih alam dan cuaca di Sembalun sangat mendukung.  “Tidak semua tempat bisa ditanami kopi, dan Sembalun adalah salah satu tempat yang sangat ramah untuk budidaya kopi,” jelas Iben. (Ma)