NPLOMBOK.id-Merayakan Hari Kartini tahun ini, BPKP mengundang Wakil Gubernur yang juga perempuan agar mau berbagi informasi dan pengetahuan tentang perempuan dari sudut pandang dan pengalaman orang nomor dua NTB ini.

Tujuannya, agar para karyawati memiliki motivasi dan inovasi dalam bekerja sebagai perempuan bagi keluarga maupun perempuan untuk daerah dan bangsa.

Kepala Perwakilan BPKP NTB, Dessy Adin mengatakan sejak dua tahun terakhir rekrutmen CPNS di BPKP se Indonesia kuotanya memang lebih banyak perempuan. BPKP NTB memiliki 38 persen karyawan perempuan dari 118 orang. Melalui program Library Cafe, BPKP NTB memiliki forum saling berbagi pengetahuan dan mendiskusikan masalah internal.

“Forum Library Cafe tempat membicarakan banyak hal mulai dari tata kelola pemerintahan sampai sharing session untuk berbagai permasalahan”, terang Dessy.

Sementara itu sebagai oleh – oleh yang tentu bukan hanya berbentuk barang atau benda mahal. Pesan nan nasihat sebagai pegangan hidup pun bisa menjadi oleh – oleh berharga. Khusus untuk hari Kartini 2021 tahun ini, ada pesan menyentuh dari Wakil Gubernur untuk perempuan berdaya diacara tersebut.

DR Hj Sitti Rohmi Djalillah mengatakan ada empat hal penting agar perempuan dapat berdaya secara personal. Pertama, jika ia dapat mengatasi stigma negatif, kedua mengubah latar belakang budaya yang tak sesuai zaman, ketiga mampu mengembangkan cara berpikir (mindset) serta keempat memiliki prinsip agar perempuan menjadi berdaya untuk bangsa.

Hal itu dikatakannya saat perayaan Hari Kartini bersama pimpinan dan karyawati Badan Pengawas Pembangunan dan Keuangan (BPKP) RI perwakilan NTB di kantor BPKP, Rabu (21/04).

“Secara regulasi dan perkembangan modern, perempuan memang telah banyak diberikan ruang emansipasi. Tapi secara personal, perempuan kerap tak mampu bersaing karena empat hal tersebut masih menjadi hambatan mengembangkan potensi diri”, ujar Wagub.

Wagub menilai, dari sisi personal, bahkan perempuan modern masih terjebak jika harus memilih karir dan keluarga, budaya membedakan antara lelaki dan perempuan yang diturunkan dari orangtua atau kakek di masa lalu yang membuat cara berpikir tak berkembang dan gagal menentukan prinsip.

 Wagub menegaskan meski regulasi dan aturan tentang kesetaraan gender demikian berkembang namun potensi perempuan baru mendapat pengakuan setelah mampu dibuktikannya sendiri. Berbeda dengan lelaki yang selalu mendapatkan kepercayaan dari sekitarnya. Stigma seperti ini memang tak dapat hilang karena kodrat perempuan sebagai ibu dan istri meski ia memiliki potensi sebagai pemimpin atau peran besar lainnya.

“Kalau bicara karir itu sebenarnya bukan pada posisi tapi kontribusi. Sehingga ketika ia berhasil mengelola kodratnya sebagai perempuan sambil mengembangkan potensinya yang lain maka pekerjaan sekecil apapun jika berkontribusi besar akan membawanya pada pembuktian berikutnya yang lebih besar”, tambah Wagub. (Mz)