Mataram, NPLOMBOK.id-Perhelatan Pilkada kota Mataram sebentar lagi akan dimulai. Tahapan demi  tahapan telah dipersiapkan guna terselenggaranya gawe besar yang secara serentak akan digelar pada 23 September 2020 mendatang.

Sampai saat ini, beberapa nama telah masuk dalam bursa bakal calon walikota dan wakilnya. Turunnya petahana membuat peta kekuatan semakin sulit ditebak dan aroma persaingan terasa makin sengit karena semua calon, kalau boleh dikatakan, memiliki peluang yang sama besar.

Terbukti dengan munculnya beberapa figur baru seperti Rohman Farly, Makmur Said, Selly, Ahda dan beberapa nama lain yang berusaha menjawab aspirasi masyarakat Kota Mataram yang menginginkan sebuah perubahan. Berbagai jurus kemudian muncul dari beberapa figur tersebut guna meraih simpati pemilih sebagai syarat bisa mendapat amanah rakyat.

Mataram sebagai Ibukota Provinsi Nusa Tenggara  Barat (NTB) tentu saja membutuhkan figur yang mampu menjawab semua persoalan Kota Mataram yang menjadi pusat pemerintahan dua pulau dan dua kedudukan pemerintahan yaitu Pemerintah Kota Mataram dan Pemerintah Provinsi NTB.

Lalu bagaimana persiapan para figur tersebut? Siapa lebih siap? Tentu saja semuanya siap. Namun penulis lebih condong kepada figur yang berani repot, berani pusing dengan bukti persiapan yang matang, terencana dan tidak manja dengan persyaratan pendaftaran bakal calon yang akan dibuka KPU Kota Mataram, pada 16 Juni 2020 mendatang.

“Berani Pusing, Berani Repot dan Tidak Manja” sepertinya sangat menarik menjadi ulasan, siapa yang layak dan pantas dipilih dan terpilih dalam gawe Pilkada yang harus melewati tahapan 8 Juli 2020 dulu baru bisa masuk dalam kertas surat suara. Karena tanggal ini (8 Juli) adalah tanggal penetapan mereka, untuk publik  mendapatkan kepastian siapa bakal pasangan calon yang lulus masuk dalam daftar pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Mataram 2020 – 2025.

Tentunya untuk bisa lulus sebagai pasangan calon walikota, mereka harus memiliki kendaraan atau mesin politik untuk bisa melewati jalur dan tahapan-tahapan pemilu yang dipersyaratkan. Jalur tersebut adalah Jalur Partai Politik (Parpol) dan Jalur Perseorangan/Independen.

Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU), Hadar Nafis Gumay, menilai dua jalur pencalonan itu tidak bisa dikomparasi begitu saja. Begitu juga menurut pendapat penulis yang sedang fokus menilik soal siapa bakal calon Walikota Mataram yang “Berani Pusing, Berani Repot dan Tidak Manja” itulah yang pantas dipilih.

Karena kembali menurut Hadar, secara alamiah, kedua jalur itu memang sudah berbeda. Menempatkan jalur independen dengan jalur parpol, tidak sebanding. Sebab, parpol merupakan organisasi yang sudah dibangun sejak awal, bahkan mesin-mesin politik partai sudah dibangun di luar masa pemilu.

Jalur Parpol jauh berbeda dengan jalur independen. Jalur independen berangkat dari hal yang kosong dan baru membangun timnya untuk bisa ikut dalam pemilihan, kata artikel di Republika (16/3/2016) yang menyajikan pernyatan Hadar.

Namun dari sisi tekad, untuk bisa lebih dekat mengenal dan dikenal rakyat, jalur independen adalah pilihan yang tepat dan juga layak untuk dipilih. Bukan hanya tepat dan layak dipilih sebagai kendaraan politik untuk syarat pencalonan, namun juga tepat dan layak dipilih oleh rakyat yang menginginkan perubahan. Karena dibalik jalur independen ada sebuah sikap kerakyatan yang nyata terlihat.(**)
Penulis: Hamzanide