NPLOMBOK.id-Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPPC) menunjukkan bahwa dalam 50 tahun terakhir telah terjadi gelombang panas dan peningkatan suhu permukaan bumi yang ekstrem. Ini menyebabkan perubahan iklim di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, yang ditandai dengan berbagai gejala antara lain anomali intensitas curah hujan di berbagai daerah. Anomali intensitas curah hujan mengakibatkan berbagai bencana hidrometeorologis seperti banjir dan tanah longsor, dan kekeringan, yang kemudian berdampak langsung pada sektor pertanian.
Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) kabupaten Lombok Timur ada penurunan PDRB di tahun 2018 sebesar 3,36 % akibat dari bencana alam dan perubahan Iklim dan cuaca, tahun 2020 PDRB mengalami kontraksi 3,1% akibat dari pandemi covid-19 dibanding 2019. Peranan terbesar pembetukan PDRB Kabupaten Lombok Timur yang paling besar adalah sektor pertanian, perkebunan dan perikanan.
Antisipasi dampak dari perubahan iklim tersebut, KONSEPSI NTB bermitra dengan PATTIRO melalui Program Voice for Inclusiveness Climate Resilience Actions (VICRA) melaksanakan Diskusi Terfokus Tingkat Komunitas terkait Analisa Kerentanan Dan Kapasitas Partisipatif Perubahan Iklim di Kabupaten Lombok Timur, Sabtu (12/3).
Dalam sambutannya, Direktur KONSEPSI NTB, Dr. Moh. Taqiuddin menyampaikan bahwa kegiatan tersebut merupakan program yang didukung oleh Pemerintah Belanda melalui Kementerian Luar Negeri Belanda yang bertujuan untuk menciptakan ruang masyarakat bagi petani yang rentan dan memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dan mengadvokasi posisi mereka dalam aksi ketahanan iklim dan merupakan program kerjasama dengan 9 wilayah di Indonesia, salah satunya adalah di Kabupaten Lombok Timur. (12/03)
Kegiatan diskusi sekaligus untuk mengumpulkan data serta informasi masyarakat terkait dampak perubahan iklim, terutama dampaknya bagi perempuan dan kelompok rentan di Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur dengan Analisis Kerentanan dan Kapasitas Partisipatif Perubahan Iklim di Komunitas Petani Tadah Hujan melalui uji panduan Identifikasi ancaman/bahaya, penyusunan matriks ancaman/bahaya mencangkup kemungkinan yang terjadi dan konsekuensi yang ditimbulkan serta analisis bahaya, kerentanan, kapasitas dan risiko perubahan iklim.
Lebih lanjut, Program Manager, Eva Sujiati, berharap melalui kegiatan ini ada model percontohan analisis kerentanan terkait bencana perubahan iklim terhadap masyarakat di Kabupaten Lombok Timur. Dengan tersusunnya hasil analisis berupa data kerentanan, risiko dan dampak tersebut maka dapat digunakan oleh Pemerintah Daerah Lombok Timur untuk melakukan antisipasi dan upaya adaptasi dalam perubahan iklim sebagai upaya menjaga ketahanan pangan masyarakat akibat perubahan iklim, bahwa komunitas petani perlu menjadi aktor utama dalam Aksi penerapan Kebijakan Pembangunan Berketahanan Iklim (KPBI) di sektor pertanian.
“Komunitas ini perlu diberikan ruang partisipasi agar kebutuhan dan kepentingannya dapat diakomodir dan daya tawar dalam memberikan masukan terhadap KPBI untuk periode 2020-2045” jelasnya. (**)