NPLOMBOK.id– Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, berhasil dijinakkan oleh tim gabungan yang dipimpin langsung Wakapolres Lombok Timur, Kompol. Bayu Eko Pandu Winoto Selasa (21/10) sore kemarin.

Tim gabungan berkekuatan sekitar 150 orang yang terdiri dari Pasukan Brimob Labuhan Haji, Gabungan Babhinkamtibmas dan Sabhara Polres Lombok Timur, Polsek Sembalun, TNGR Resort Sembalun, anggota Koramil Sembalun, komunitas Jimny Lotim, komunitas motor trabas trill dan masyarakat sekitar, melakukan pemadaman api dengan menggunakan peralatan seperti karung basah dan jet water.

Kebakaran yang awalnya berasal dari TNGR yang masuk di dalam kawasan Lombok Utara sekitar seminggu lalu itu, pada Senin (20/10) telah memasuki kawasan Lombok Timur.  Kondisi cuaca panas yang belakangan mulai meningkat serta beratnya medan di titik-titik kebakaran disinyalir membuat api makin cepat merambat ke arah Sembalun.

Pemadaman Karhutla di Rinjani

Menurut Bayu, keberhasilan timnya menjinakkan api ini tidak lepas dari peran serta semua pihak yang terlibat.  “Meskipun dengan peralatan seadanya kami berhasil menjinakkan api,” katanya.  Padahal menurut Bayu, hanya dalam rentang waktu seminggu saja, api telah menghabiskan ratusan hektar lahan kawasan TNGR terutama di kawasan Lombok Utara.

Titik pemadaman terakhir dilakukan di Bukit Tangkok Kediri Sembalun yang menurut Bayu, kini hanya menyisakan sisa berupa bara api.  Meskipun demikian, pihaknya bersama seluruh unsur pemerintah dan masyarakat akan tetap melakukan pemantauan secara intensif untuk mengantisipasi kejadian-kejadian tak terduga.

Salah seorang anggota tim dari Komunitas Trabas, Dedi, juga menceritakan kepada NP Lombok, upaya pemadaman dilakukan sejak pukul 10 pagi hingga sore hari.  “Sekarang tinggal sisa-sisa kebakaran yang terus dipantau agar tidak kembali meluas, terutama di pos 1 dan 2 jalur pendakian,” ungkapnya.

Sementara itu, dalam siaran persnya, BMKG menyatakan, stasiun-stasiun meteorologi yang berada di pulau Jawa hingga Nusa Tenggara, mencatatkan suhu udara maksimum terukur berkisar antara 35 °C – 36.5 °C pada periode 19 – 20 Oktober 2019. Berdasarkan persebaran suhu panas yang dominan berada di selatan Khatulistiwa, erat kaitannya dengan gerak semu matahari.  Seperti yang terjadi pada bulan September, matahari berada di sekitar wilayah khatulistiwa dan akan terus bergerak ke belahan bumi selatan hingga bulan Desember.

Sehingga pada bulan Oktober ini, meningkatnya suhu udara terutama yang dirasakan pada siang hari, merata terjadi di wilayah selatan katulistiwa terutama disekitar wilayah Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Atmosfer diwilayah selatan menurut pantauan BMKG relatif kering sehingga sangat menghambat pembentukan awan yang bisa berfungsi untuk mengurangi panas terik matahari.

BMKG menghimbau agar masyarakat mewaspadai aktivitas yang dapat memicu kebakaran hutan dan juga mewaspadai adanya angin kencang yang berpotensi terjadi di pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.

Sampai saat ini Tim Satgas Karhutla Lombok Timur masih bersiaga di Mapolsek Sembalun hingga hari Jum’at (25/10), untuk melakukan pemantauan intensif guna pencegahan meluasnya titik hotspot karhutla di kawasan TNGR. (Ht-01)