NPLOMBOK.id-Aceng dan Edon sedang serius.  Mereka sedang membahas perihal ibadah-ibadah hati yang baru saja mereka baca di internet.

“Inilah ilmu yang sebenarnya.  Ternyata bukan ibadah-ibadah sholat dan zakat saja,” kata Aceng.

“Betul Ceng.  Yang begini tidak pernah kita dapatkan dari Ustadz Salman, padahal di tulisan itu, dalilnya jelas dari Qur’an dan hadits” sambut Edon sambil mengangguk-anggukkan kepala.

“Bisa jadi ustadz Salman belum mengetahuinya.  Mungkin itu sebabnya dia hanya menyampaikan ke kita tentang tata-cara sholat, puasa dan ibadah-ibadah zahir, sementara urusan-urusan yang terkait dengan bathinnya tidak pernah.”

Setelah mempertimbangkan dengan seksama, termasuk rasa malu yang kira-kira akan muncul, mereka memutuskan untuk mengingatkan Ustadz Salman.  “Bukankah kita harus saling ingatkan tentang kebaikan?” kata Edon memantapkan niat.

Merekapun berangkat menggunakan Astrea Star butut milik Aceng.  Di teras rumah Ustadz Salman, sudah ada Zakir, imam mushalla kampung tetangganya Aceng.  Mereka nampak asyik berdiskusi.

Setelah mengucap salam, mereka langsung duduk di kursi kosong di sebelah Zakir.

“Gini Stadz, kami baru saja membaca di internet tentang ibadah-ibadah bathin.  Jadi ada sesuatu yang akan kami sampaikan,” kata Aceng membuka pembicaraan dengan segala kepercayaan tingkat tingginya.

“Bagus.  Kebetulan Pak Zakir juga ada pertanyaan yang terkait dengan itu.  Jadi saya jawab dulu ya,” kata Ustadz Salman meminta izin.  Aceng dengan perasaan berat terpaksa menganggukkan kepala. 

“Paling-paling juga tentang sholat,” kata Aceng dalam hati.

“Jadi begini Pak Zakir, yang wajib kita pelajari terlebih dahulu adalah perintah-perintah wajib. Sholat, puasa dan zakat adalah kewajiban.  Maka kita wajib mempelajarinya, termasuk wudhu, karena tidak sah sholat tanpa wudhu.”

“Sholat misalnya ada rukun-rukunnya, ada sunah-sunahnya dan ada tata caranya.  Kalau ini kita sudah ketahui, maka kita tidak mudah saling salahkan kalau melihat ada saudara kita berbeda cara sholatnya.  Yang beda itu hanya sunat-sunat dan hai’ah atau tata caranya saja.  Kalau rukun kita semua inshaallah sama.” Ustadz Salman menjelaskan dengan perlahan.

“Adapun tentang khusyuk dalam sholat, atau kehadiran hati, pun wajib kita pelajari setelah kita memahami urusan yang tiga tadi.  Bahwasanya, sholat itu adalah bermunajah atau bercakap-cakap dengan Allah dengan kalimat-kalimat dari Allah yang kita ketahui dari Rasulullah, maka kita harus menghadirkaan hati dengan harap dan takut.  Supaya hati bisa hadir, maka kita harus memahami arti bacaan sholat, setelah memahami arti bacaan sholat, lalu kita coba memahami maksudnya.” Jelas Ustadz Salman.

“Begitu juga puasa.  Maka kalau kita hanya menahan lapar dan haus, maka hanya itu yang kita dapat.  Tetapi puasa itu hendaknya, juga mempuasakan zahir dan bathin kita.  Demikian pula zakat.  Sesungguhnya semua ibadah itu memiliki ujian-ujian yang berbeda yang keseluruhannya akan dinilai dari niat dan keikhlasan hati kita,” sambung Ustadz Salman sambil tersenyum kepada ketiga tamunya.

“Oh, jadi supaya khsyuk itu kita harus faham syariahnya dulu ya Stadz, lalu barulah kita mempelajari bathinnya?” tanya Zakir.

“Betul, kalau dari sebelum-sebelumnya kita sudah bicara ilmu bathin secara mendalam, takutnya kita menyepelekan syariat.  Bukankah syariat itulah yang dibawa para Rasul? Dan syahadat kita adalah mengakui dengan segala penyaksian tentang keberadaan Allah beserta Nabi Muhammad sebagai hamba sekaligus utusan-Nya?” jawab Ustadz Salman.  Mereka semua mengangguk. 

“Baiklah, Pak Aceng, apa yang ente baca di internet? Kelihatannya sangat penting sehingga kalian seperti tergesa-gesa,” selidik Ustadz Salman.

Aceng dan Edon berpandangan.  Wajah mereka memerah. Ternyata apa yang mereka baca di internet, sudah difahami oleh Salman.  Dan mungkin saja, pengetahuan mereka mengenai ibadah wajib belum lengkap sehingga ustadz Salman menyampaikan sedikit demi sedikit supaya ilmu itu lebih merasuk ke diri mereka.

“Kenapa terdiam Ceng?”

“Eh, ah, tidak ada Stadz.  Kami hanya mau bertanya tentang makna bacaan sholat koq,” jawab Aceng sambil menundukkan kepala.  Nampak gelisah. “Oh, baiklah.  Tapi sebaiknya kita siap-siap dulu sholat Maghrib.  Antum adzan ya,” kata Ustadz Salman pada Aceng. (***)