NPLOMBOK.id-Banyak cara memanfaatkan lahan pekarangan. Dari taman, bunga, sayuran, tanaman obat-obatan, hingga budidaya ikan air tawar. Kegiatan ini tidak hanya sebagai penyalur hobi tetapi dapat bernilai ekonomis, apalagi dimasa pandemi Covid-19.
Di pekarangan rumah yang tidak begitu luas milik seorang warga Kelurahan Kelayu Selatan, Kecamatan Selong, Lombok Timur, terlihat kolam-kolam berukuran kecil yang digunakan untuk budidaya ikan air tawar seperti lele, belut dan sidat. Ada juga beberapa jenis ikan hias yang tengah digandrungi. Siap untuk dijual.
Pemilik pekarangan bernama Syarif yang rumahnya berada di tengah perkampungan ini ditata sederhana dengan taman bonsai, aneka jenis bunga untuk makanan lebah trigona dan beberapa kolam permanen berbahan beton dan buis.
Saat ditemui dirumahnya, Syarif menceritakan penggunaan buis berukuran 150 x 35 cm, dapat lebih hemat dan tidak perlu lahan yang luas. Dalam satu kolam buis, ia dapat panen lele sebanyak 50 kg, sedangkan untuk belut bisa diisi 300 ekor belut hingga masa panen.
Menurutnya, usaha sampingan yang digeluti sejak satu tahun lalu ini menjadi harapan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pembelinya tidak hanya di wilayah sekitar, tapi juga dari jawa dan pulau sumbawa.
“Untuk sidat biasa pembelinya dari jawa, karena konsumennya banyak disana,” ungkap Syarif.
Sidat merupakan ikan jenis belut yang berukuran lebih besar, umumnya dipulau Lombok dikenal dengan Tuna. Sidat adalah makanan favorit orang Jepang. Di indonesia pembudidaya sidat masih dikatakan langka, penangkapan sidat dikalangan masyarakat dilakukan di alam liar dengan memancing.
Sarif yang merupakan lulusan SMK ini, hanya mengandalkan kemaampuannya secara otodidak. Tapi berhasil mengembangbiakkan sidat hingga sekitar 100 ekor.
“Kalau ini saya jual perbiji, jadi menjualnya bukan per kilogram. Barang langka jadi harganya agak mahal,” terangnya.
Untuk budidaya ikan dipekarangan rumahnya, syarif menggunakan pakan alami dari cacing dan ikan-ikan kecil yang sengaja disiapkan. “Sekarang pakan ikan mahal, jadi saya pakai pakan alternatif walaupun butuh ketekunan lebih. Ikan malah lebih sehat,” katanya.
Syarif kini menerima pesanan dengan jumlah yang lebih banyak, karena ia juga memiliki petani binaan di beberapa desa yang sudah berhasil dari bibit hingga ukuran dewasa untuk dijual. (Ht)