NPLOMBOK.id-Indonesia berduka. BJ Habibie, Presiden RI ke-3, sekaligus tokoh intelektual bangsa dengan segudang karya yang mendunia, tutup usia, Rabu 11 September 2019 . Duka mendalam masyarakat Indonesia tak terkatakan sehingga pemerintah menginstrusikan kepada semua jajarannya untuk mengibarkan bendera setengah tiang selama 3 hari berturut-turut.
Terlepas dari keberadaan BJ Habibie yang pernah memimpin negeri ini, tidak salah apabila seluruh rakyat Indonesia berduka. Beliau adalah inspirasi sekaligus panutan dalam banyak hal. Mulai dari sikapnya yang religius, semangatnya dalam memaknai pendidikan, keteguhannya dalam menggapai cita-cita, kesederhanaannya, cara membangun relasi, sikap kepemimpinan dan lain-lain.
Kegigihannya saat menempuh pendidikan di Jerman adalah salah satu contoh nyata yang patut ditiru oleh genarasi muda yang ingin memajukan diri, bangsa dan negaranya. Dari rangkuman biografinya, dikatakan bahwa setelah lulus dari SMA pada tahun 1954 BJ Habibie melanjutkan pendidikannya di ITB (Institute Teknologi Bandung). Pada masa itu namanya masih Universitas Indonesia Bandung.
Beliau belajar Teknik Mesin di fakultas Teknik disana. Namun hanya beberapa bulan karena pada saat itu beliau mendapatkan beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan pendidikannya di Jerman.
Pada tahun 1955 sampai 1965 Habibie menempuh pendidikan di Jerman dengan mengambil spesialisasi konstruksi pesawat terbang (Teknik Penerbangan) di Rhein Westfalen Aachen Technisce Hochschule (RWTH).
Beliau mendapatkan beasiswa pada saat itu karena Pemerintahan Indonesia di bawah Presiden Soekarno sedang menjalankan program dengan membiayai ratusan siswa cerdas Indonesia untuk menimba ilmu di luar negeri.
Semasa kuliah di Jerman dijalani oleh Habibie dengan penuh perjuangan, karena pendidikan disana bukan hanya sebentar saja. Baginya musim liburan bukanlah untuk berlibur, melainkan mengisinya dengan ujian dan mencari uang untuk mencari buku untuk menunjang materi pendidikannya.
Setelah masa liburan berakhir kegiatannya hanya belajar dan kegiatan lainnya disampingkan oleh Habibie. Dalam biografi BJ Habibie diketahui bahwa berkat kerja kerasnya, beliau mendapatkan gelar Ing dari Technische Hochschule Jerman pada tahun 1960.
Gelar itu ia dapatkan dengan predikat Cumlaude (sempurna) dengan perolehan nilai rata-rata 9,5. Setelah mendapatkan gelar insinyur beliau bekerja di suatu industri kereta api Firma Talbot di Jerman.
Saat bekerja di perusahaan tersebut beliau dapat menyelesaikan permasalahan perusahaan Firma Talbot yang sedang membutuhkan sebuah wagon untuk mengangkut barang-barang ringan bervolume besar. Habibie memecahkan permasalahan tersebut dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip kontruksi sayap pesawat terbang.
Setelah itu BJ Habibie melanjutkan kembali pendidikannya untuk gelar doktor di Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachen. Beliau mendapatkan gelar doktornya pada tahun 1965, ia mendapat predikat Summa Cumlaude dengan nilai rata-rata 10.
Itulah sekelumit perjalanan hidup BJ Habibie. Perjalanan hidup yang sering kali diceritakan dan diberitakan sebagai bahan renungan dan pemicu semangat anak-anak bangsa dalam menjalani hidup dan meraih kesuksesan. Maka patutlah apabila kepergian beliau meninggalkan duka yang mendalam dalam dada seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Kita tidak sedang meratapi kepergiannya, tidak pula sedang meneteskan air mata karena itu tidak boleh. Tetapi semua kebaikan, tutur kata, kasih sayang kepada keluarga, karya, sikap yang mengispirasi banyak orang tidak akan pernah hilang dari ingatan dan tidak akan pernah mampu menghalangi deraian air mata.
Itulah KENANGAN. Yang mana kita, sebagai penerus cita-cita besar beliau, berharap menjadikannya sebagai cermin yang mampu merefleksikan semua kebaikannya pada diri kita dalam menjalani hidup. Selamat Jalan BJ Habibie. (Ht-01)