NPLOMBOK.id-Barangkali tidak pernah terpikirkan oleh Nurlela, bahwa kegiatan yang awalnya hanya coba-coba, ternyata mampu membuatnya dikenal, terutama oleh kalangan pecinta produk rajutan.  Bukan hanya dikenal, malahan ia siap beranjak menjadi seorang pengusaha sukses.

Tahun 2015 silam, Nurlela, atau biasa dipanggil Ela, mulai belajar teknik merajut benang dari kanal youtube.  Semua hal mengenai produk berbahan benang rajut ini ia dalami, mulai dari peralatan, pembuatan pola pada selembar kertas atau komputer, pola rajut hingga bahan baku.  

Beberapa bulan kemudian, ketekunannya belajar secara otodidak itu membuahkan hasil.  Ia mulai merasa percaya diri.  Beberapa hasil rajutannya ia unggah di media sosial pribadi miliknya.  Ternyata banyak kawan-kawannya yang tertarik dan menyatakan kesukaannya sehingga awal tahun 2016, Ela memantapkan tekadnya untuk menyeriusi produk-produk rajutan.

Kepada NPLombok yang berkunjung ke outletnya di Lingkungan Lauq Masjid, Pancor, Senin (2/12), Ela mengakui bahwa kehadiran media sosial cukup besar dalam mempengaruhi keputusannya menekuni bidang ini.  “Media sosial itu sangat efektif untuk memperkenalkan produk.  Saya tidak memiliki tempat untuk memamerkan karya saya.  Tapi dengan media sosial, tempat tidak lagi menjadi soal.  Saya hanya perlu tempat untuk bekerja,” katanya mengenang awal-awal ia membangun usahanya.

Apa yang dikatakan Ela memang tidak berlebihan.  Outletnya berada di dalam gang, sekitar 20 meter dari jalan raya.  Itupun Ela menempatkan rak pamernya di teras rumah.  Itulah sebabnya, Ela memanfaatkan kemajuan teknologi saat ini dengan maksimal. 

Setelah pesanan melalui akun facebook pribadinya dirasa kurang karena memang ruang lingkupnya terbatas, ia memanfaatkan keberadaan e-commerce sebagai sasaran berjualan berikutnya.  Ia mulai membuka toko secara online.  Perlahan-lahan jumlah pemesannya kian banyak.  Produk rajutan yang hanya mengandalkan keahlian memainkan jarum dan benang dengan tangan ini membuatnya kewalahan.  Ia hanya mampu menyelesaikan 5 produk dalam 1 bulan, sangat tidak sebanding dengan jumlah pesanannya yang mencapai puluhan.  Oleh karena itulah, para pembeli tidak pernah keberatan dengan harga yang ditawarkan Ela untuk satu produk, yakni antara 60 hingga 350 ribu rupiah.

Banyaknya pesanan dari para pembeli, membuatnya memutuskan untuk mengangkat 3 orang karyawan yang dilatihnya sendiri.  “Alhamdulillah, setelah ada 3 karyawan, kami bisa memproduksi sekitar 20 pesanan dalam satu bulan,” akunya. Pesanan yang banyak masuk antara lain tas, sepatu dan topi bayi.

Untuk saat ini, Ela dan kawan-kawannya baru bisa memproduksi rata-rata 20 produk setiap bulan. Satu produk membutuhkan waktu pengerjaan 2-3 hari sejak dipesan. “Yang lama itu kalo produk yang dipesan menggunakan motif etnik, merajutnya butuh ketelitian. Karena warna dan bentuknya beraneka ragam, mengikuti keinginan dari konsumen,” ungkapnya sambil menunjukkan katalog produknya yang di brand Perla Handmade.

perla handmade, produk rajutan tangan, tas sepatu rajutan, bisnis fashion, inspirasi peluang usaha

Produk rajutannya kini tidak hanya dijual di lombok saja, namun sudah merambah ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Sumbawa dan Bima.  Malahan ia mengaku sudah memiliki reseller untuk produknya. “Saya sudah memiliki reseller di Mataram, Lombok Tengah dan Lombok Timur,” tambahnya.

Namanya yang mulai banyak dikenal, membuatnya diundang oleh Yayasan Rumah Energi dalam program bertajuk “pro women” untuk mengikuti pendidikan dalam rangka mengembangkan usahanya.  Menurut Ela, banyak hal yang ia peroleh dari pelatihan ini.  Mulai dari mutu produk, manajemen, teknik pemasaran secara online dan cara-cara pengembangan usaha lainnya.

Tertarik ingin belajar teknik merajut atau ingin berbagi pengalaman dengan Ela? (Ht-01)