NPLOMBOK.id-Ditengah pengakuan rakyat soal sulitnya perekonomian akibat Pandemi Covid-19, ledakan petasan kerap menggema di sudut desa. Suara petasan itu mahal-mahal lo. Besar dan lebih nyaring dari suara aktivis yang dibungkam kasian.
“Jika ingin bunyikan petasan, silahkan di kamar sendiri,”. suara himbauan dari speaker Masjid, terkesan putus asa, mungkin juga bingung mau salahkan siapa.
Ramadhan dan petasan, entah siapa yang menjadikannya identik. Kasi Trantib Desa Aman, bahkan melaporkan ada beberapa kubu yang menjadi target operasinya karena mereka kerap perang petasan.
Aktivis Halu tak tinggal diam dengan kondisi ini. Ia berusaha membangun kiprah bagaimana meminimalisir permainan yang tak seimbang itu.
“Menyenangkan bagi yang membisniskan, mengganggu bagi yang butuh kenyamanan,”benaknya.
Suatu hari, Aktivis halu membaca sebuah berita, bahwa aparat bekerja mencegah petasan. Berjuang menciptakan keamanan dan kenyamanan. Operasi khusus digelar, namun toh masih saja ada yang memekak telinga.
Aktivis halu tak putus asa, mencoba mencari sebab mengapa petasan masih ada. Karena ada yang jual. Cari untung, ekonomi lagi susah.
”Kan ada yang beli, lumayan untungnya buat kebutuhan lebaran, inipun sisa dari sitaan petugas razia,” jawab si penjual.
Si pemain petasan tak luput dari pertanyaan aktivis halu. Ia mendapatkan jawaban skak mat.
“Saya kan beli Pake uang Saya, lagian masih ada yang jual kan, di toko online,” jawab Petasan Mania.
Penulis: Hamzanide